Cari

Novel

Risalah Hati Bab 9: Kecewa

KECEWA

Kiana telah sampai didepan gerbang rumah, ia di bopang oleh sahabatnya Iis memasuki halaman rumah. Kami berdua berjalan selangkah demi selangkah. Badan Kiana seperti melayang walau kakinya nginjak tanah tapi badannya serasa ringan.

Mama dan Papa menunggu didepan rumah, menyambut anak kesayangannya. Wajah kedua beliau begitu cemas, bahkan Papa meninggalkan pekerjaannya demi anak kesayangannya. Senyuman kecil menghiasi wajah cantik Kiana, dia tidak tahu harus bersedih atau bahagia.

“Kamu baik-baik aja kan sayang” tanya Ibunya Kiana, tangannya memegang tubuh anaknya cemas.

“Iya Ma, Kiana baik-baik aja kok hihi” Kiana tersenyum dan tertawa tipis.

“Iis, tante ucapi makasih banyak ya sama kamu, sudah jagai Kiana” Ibu Kiana memegang erat tangan dan Iis tersenyum “Iya tante, sama-sama”.

“Ayo masuk, mama siapi makanan untuk kalian berdua ya, bisa naik keatas sayang?” Tanya mama, papa Kiana yang akan mengantarnya sampai kedepan pintu kamar. Kiana menatap sahabatnya dengan tatapan penuh pertanyaan.

“Kenapa natap gue gitu?” Iis menyilangkan tangannya.

“Lu sebenernya nganter gue biar bisa boloskan?” Kiana mengangkat alis kirinya
“Bener, tepat!” Iis menjawab dengan tegas dan tanpa ragu-ragu.

“Dasar hahaha” Kiana menepuk bahu Iis dengan geram, karena tingkah sahabatnya

“Husshhh” Kiana menutup mulut Iis dengan jarinya dan melirikkan mata kode kalau ada papa Kiana.

“Hihi candaaaa!!”

*

Saat kami berdua lagi asyik guling dikamar. Bel rumah berbunyi Iis melihat dari jendela kamar Kiana, ternyata Andre datang membesuk.

“Selamat sore, permisi..” Andre berulang kali memencet bel rumah. “Masuk” ucap Iis ketus.

“Baper banget sih Is” Andre hanya bisa menggelengkan kepalanya dan memasuki ruang tamu.

“Ada yang bisa dibantu kak, kita lagi ada promo juga kalau kakak belanja sampai total  50.000 ya kakak” Iis berperan sebagai kasir smartmarket untuk meledek Andre. Karena ramai di ruang tamu, Ibu Kiana melihat siapa yang bertamu kerumah.

“Ma.. kenali ini teman satu kelas, namanya Andre, anaknya ganjen sama setiap cewek dikelas hahaa” Iis memanggil ibu Kiana sama dengan Kiana, Andre juga saliman sama Ibu Kiana.

“Ada-ada saja kelakuan mereka, hmm jadi ingat masa muda hihi” ucap ibu Kiana dan menerima saliman Andre.

“Andre” sapa Kiana yang berbaring lemah di atas kasurnya, senyumnya mengembang saat Andre memasuk kamarnya.

“Nih, aku bawakan roti isi selai coklat” memberikan kantong yang dia bawa dengan Kiana.

“Makasih ya Ndre”

“Iya sama-sama, oh ya ini semua catetan materi hari ini” Andre meletakkan beberapa buku di samping kantong roti.

“Ya Ampun, Baik banget lu, Udah mau dead?” sambung Iis sambil mengambil salah satu buku milik Andre.

“mulut lu Is” menonyol kepala Iis pelan, kami semua tertawa.

“Cie yang ketawa” goda Iis sembari mencolek dagu Kiana, akhirnya sahabatnya bisa tertawa lagi.

“Habisnya kalian berdua lucu gitu” Kiana semakin tertawa.

“Lekas membaik ya, oh ya maafi Gea juga” Andre menunjukkan rasa bersalahnya pada Kiana.

“Sudah gue duga kalau itu tu kerjaan sih Gea” Iis mengempal kedua tangannya.

“Tapii… Nggak mungkin Gea, kita aja nggak ada yang kenalkan sama yang tiba-tiba menghampir gue tadi.” Kiana mengerutkan dahi dan menyilangkan tangannya.

“Bodoh amat, by the way kok lu yang minta maaf bukannya tu cewek nggak tau diri itu!” Ketus Iis dengan sangat emosi.

“Sebenernya Gea cemburu gue deket sama Kiana, Maafi gue ya semua ini gara-gara gue” Andre mencoba menjelaskan kenapa Gea begitu marah dengan Kiana. Karena Gea sangat cemburu kini perhatian untuknya kini lebih banyak ke Kiana.

“Udah, udah.. aku paham kok, jangan dibahas lagi kan gawat kalo kedua orang tua gue denger hushh” Kiana meletakkan jari tengah dibibirnya pertanda diam.

Plaaakkk!

plaaakkk!

Pukulan yang sangat keras mendarat tepat di bahu Andre yang lebar. Kami semua kaget mendengar suara pukulan, Iis melotot pada Andre dan mecibir bibir atasnya.

“Kejam banget sih sama gue. Untung lu cewek ya!” Andre menatap tajam Iis.

“Memang kenapa kalo gue cewek? nggak suka? rasain gimana pukulan gue? sakit? nggak sebanding apa yang dirasain Kiana!” Emosi Iis meledak saat dia tatap Andre yang begitu sinis.

“Iis, udah cukup” Kian mengedipkan mata kirinya.

Wangi masakan Ibu tercium sampai kamar kami, wanginya saja sudah selezat itu apalagi makanannya. Kami mendengar kalau Ibu memanggil kami semua untuk menyatap makanan yang sudah siap untuk disantap.

“Turun yuk” ajak Kiana sambil membuka selimutnya dan berdiri mengajak temannya makan.

“Eh eh” Iis langsung menyambut tangan Iis dan merangkulnya untuk membantunya berjalan.

“Hati-hati turun tangganya” Andre mengekor dibelakang kami.

“Iya, pelan-pelan aja ya Kiana” ucap Andre khawatir.

Saat sampai dimeja makan kami duduk dikursi masing-masing, tiba-tiba bel rumah Kiana berbunyi. Kami saling menatap, akhirnya Kiana yang berdiri dan langsung menuju kepintu utama.

“Kiana, lu baik-baik aja kan?” kalimat pertama saat Fian melihat Kiana.

“Iya baik-baik aja, yuk masuk kita makan bareng” perasaan Kiana kini campur aduk, perasaan terharu dan bahagia tentunya di besuk oleh orang yang begitu istimewa untuknya.

“Nih! semoga suka.. oh ya maaf ya nggak bisa mampir soalnya mau jemput sepupu dibandara” Fian mengusap rambut Kiana lembut dan langsung berpamitan.

“Oh gitu ya. makasih untuk ini” teriak Kiana menunjukkan kantong dari jauh kepada Fian.

Fian lagi-lagi tersenyum sambil melambaikan tangannya, dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang, ketika Fian sudah hilang barulah Kiana kembali lagi kedalam.

“Siapa nak?” tanya Ayah Kiana yang ikut penasaran karena wajah putrinya begitu bahagia.

“Fian Yah, barusan aja dia pulang” jawab Kiana bahagia sambil menunjukkan hadiah ditangannya.

“Kok tidak mampir” tanya ibu tiba-tiba, Ayah yang masih melihat kearah luar rumah.

“Katanya mau jemput sepupunya di bandara Ma” Kiana duduk dikursinya.

“Yaudah, temen kamu udah nunggu, kita makan bersama” Mama merangkul Kiana dan menciup keningnya.

Kami menikmati semua hidangan menu hari ini, entah kenapa hidangan hari ini begitu enak apa karna makan bersama.

“Masakan tante enak banget” Iis mengajukkan kedua jempol tangannya. Andre pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

“Makan yang banyak ya anak-anak” Ibu Kiana tersenyum karena masakannya dipuji hari ini.

This website uses cookies.