Cari

Novel

Risalah Hati Bab 7: Siapa?

SIAPA?

Seperti biasa, suasana kelas begitu ramai sama seperti dipasar. Kiana berlari menuju kekelas dan langsung duduk dibangkunya.

“Piket woy!” teriak Gea pada Kiana

“Bentar, baru juga masuk kelas” Sambil mengumpulkan nyawa

“Kia, Lu telat?” tanya Iis menghampiri sahabatnya

“Ho.oh untung aja, nggak ada bu Hanin” Kiana mengelus dada dan bersyukur.

“Yaudah, gue mau buang sampah dulu” Kiana langsung mengambil kotak sampah dan memungut sampah yang ada diselokan sekolah.

“Nah, akhirnya sampai juga tempat pembuangan sama sekolah” gumam Kiana saat sampai ditempat sampah sekolahan.

“Sini, gue bantu” tiba-tiba sudah ada Andre di belakangnya.

“Andre, ngapain? gue bisa kok” Kiana yang kaget dan melirik heran, sejak kapan?

“Sini gue aja bawa kotak sampahnya, nih minum?” Andre menyodorkan minuman dingin untuk Kiana

“Tapi gue kan nggak haus? Yaudah makasih ya” Kiana meminum air mineral yang diberikan untuknya sekalian untuk mencuci tangan.

Kami berdua menuju kekelas bersama, saat Kiana membuka kelas…

byurrrrrr…..

Guyuran air langsung membasahi semua baju Kiana.

“Ya tuhaaannnn!!” teriak Kiana, Andre langsung menarik tangan Kiana dan baju sekolah yang kiana pakai telah basah semua.

“Siapa yang narok ember diatas pintu!?” Teriak Andre kesal, bajunya pun ikut basah karena peecikan air yang mengenai Kiana.

Semua murid tertawa melihat kejadian itu, Iis yang baru balik dari kantor begitu syok melihat baju sahabatnya basah kuyup. Andre dengan sigap langsung memakaikan jaket miliknya untuk Kiana, sedangkan Kiana diam tanpa ada sekata apapun yang keluar dari mulutnya dan memilih untuk duduk sendirian ditempat duduknya.

“Kalian tega banget sih, kerjaan siapa nih!” Iis membersihkan baju Kiana dengan tisu.

“Ohh diam semua, oke gue bilangi sama guru” Iis meletakkan buku dan langsung keluar kelas untuk pergi kekantor. Wali kelas kami datang, semuanya diam tidak ada yang memberi tahu kelakuan siapa yang menjahili Kiana.

“Karena tidak ada yang mau mengaku berarti kalian semua harus dihukum, Iis dan Kiana dikelas dan yang lain sekarang keliling lapangan!!” Perintah bu Novi sambil marah.

“Kiana hari ini kamu izin saja” Iis menatap wajah Kiana yang memucat.

“Nggak perlu bu, ini aku sudah ngehubungi Ayah untuk anteri seragam cadangan” Kiana tersenyum untuk mengurangi kekhawatiran ibu Hanin.

“Baiklah” bu Novi mengelus pundak Kiana.

Hampir setengah jam mereka berlari dilapangan, setelah itu mereka masuk kedalam kelas. Mata mereka semua memandang kearah Iis dan Kia, keringat mereka begitu banyak membuat seragam putih yang dipakai basah karena keringat.

“Sini lu kalo berani! nggak usah melotot aja dong!” Iis melirik tajam kearah mereka.

“Iis, udah” Kiana menenangkan sahabatnya

“Lu juga sih! mau aja digini! kesel gue, pasti kejadiannya saat gue nggak ada dikelas” Iis memukul sedikit keras pipi Kiana.

Kiana hanya tertawa melihat sahabatnya begitu cerewet kayak emak-emak disinetron.

*

Siang ini matahari begitu terik, Kiana melamun panjang. Siapa yang tega melakukan hal yang konyol padanya, tapi kenapa? kenapa harus dirinya yang mengalami hal tersebut. Gosip tentang dirinya sudah menyebar di seluruh sekolahan.

“Kiana” panggilan Iis membuat lamunannya bubar.

“Sehat?” tanya Iis yang mulai mengkhawatirkan sahabatnya itu.

“Fine” jawab singkat Kiana. Dia mengeluarkan buku Lks dan mulai membacanya.

“Fian?” Iis terkejut saat melihat Fian sudah ada di depannya, Kiana pun langsung menatap sahabatnya.

“Kenapa bisa ember itu ada di atas pintu?” tanya Fian pada Kiana dengan wajah yang khawatir padanya.

Kiana hanya terdiam menatap Fian, matanya berkaca-kaca menahan air mata. Kejadian seperti ini belum pernah terjadi, membuat semua orang tertawa geli melihat Kiana yang begitu konyol tanpa marah.

“Mungkin ada yang iri sama Kiana” Iis melirik tajam pada Gea membuat Fian juga spontan melihat Gea.

Fian mengelus pelan rambut Kiana. Iis pun melongoh melihat apa yang dilakukan Fian pada sahabatnya.

Takut, kecurigaan yang makin mendalam Kiana menenangkan sahabatnya dan Fian, untuk jangan mengalahkan orang lain tanpa ada bukti dan saksi yang melihatnya. Ada? Tetapi siapa yang mau mengaku?

“Ish apaaan sihhh!” Kiana menepiskan tangan Fian, padahal dalam hatinya dia begitu bahagia dan gantungnya berdetak tak normal.

“Nanti pulang bareng gue, sekalian kita cari buku novel terbaru” Fian memaklumi sikap Kiana, ia tersenyum dan mencoba menghibur Kiana.

“Eh lu kenapa sih? kok feeling gue jadi nggak enak nih hihi” tatapan Iis penuh dengan kecurigaan terhadap Fian. Makhluk sedingin Fian bisa manis terhadap cewek? Langka bukan orangnya tetapi sikap dan perhatiannya.

Fian tersenyum tanpa menjawab dan keluar kelas. Andre hanya bisa diam melihat perhatian Fian untuk Kiana, tanpa sadar Andre tersenyum manis sangat melihat Kiana yang begitu bahagia walau sebenarnya ia hanya menutupi lukanya.

“Kayaknya Fian suka sama lu deh”

“Ya nggak mungkin” Kiana menjawab dengan pelan.

“Lu beneran nggak ada hubungan apa-apa sama Fian? jangan-jangan kalian udah resmi pacaran gitu?” Iis makin penasaran dengan Fian dan sahabatnya.

“Astaga, enggak” Kiana memanggungkan tangannya di dagu.

“Ternyata tu anak cakep juga pas senyum” Iis memang pintar mengembalikan mood Kiana dengan senyuman yang menggoda.

“Apa gue bilang! awas aja kalo lu ikutan naksir sama dia” Kiana memajukan bibir bawanya, membuat Iis makin gemes.

plakk!

“Kenapa lu mukul gue, aish!” Kiana mengelus pipinya yang memerah karena sakit.

“Biar lu nggak halu”

“Halu sama Fian mah sah sah aja hahaa” jawab Kiana yang makin membuat murid yang menghampirinya makin panas.

“Ganjen banget sih jadi cewek!!!”

Semua ucapan murid tersebut makin lama makin samar didengar, penglihatan Kiana makin kuning dan gelap. Membuat ia panik dan mencari-cari keberadaan Iis.

“Iisss.. Iss…. Iis kok gelap yah? kenapa! gue kenapaaaaa!” Teriak Kiana panik dan….

“Kianaaa! lu denger gue kan? lu kenapa?” Iis menepuk pipi Kiana, Iis begitu kaget saat sahabatnya tiba-tiba pingsan.

This website uses cookies.