Cari

Novel

Bagian 2 (Dua): Benang Merah Milik Kia

-CALON KETUA OSIS-

“Huh, akhirnya sampai” gumam Kiana seloroh masuki rumah yang hening tanpa suara, rumah yang besar hanya dihuni oleh dia sendiri. Badan yang letih dan hati yang lelah, Kia menaiki satu persatu anak tangga untuk memasuki kamar tempat ternyaman membaringkan tubuh.

“Surprise”

Kiana tersenyum walau sebenarnya dia sangat terkejut, tetapi pelukan hangat yang selama ini sudah dia rindukan. Wajah ayu Bunda dan wajah tegas Ayah kini ada dihadapannya. Tidak bisa berkata-kata. Hanya perasaan terharu dan bahagia.

“Anak Ayah, udah besar ya sekarang?” goda Ayah yang mencolek bahu bunda.

“Ah Ayah..” jawabku tersipu malu, Bunda mengelus rambut Kiana halus.

*

Pemilihan Ketua Osis SMA Harapan sudah ditentukan, visual calon Ketua tentunya tidak main-main. Selain paras wajah yang memukau tentunya memiliki bakat dan prestasi. Yah, tidak lupa sekolah ini juga seperti memiliki tingkat kasta tidak heran. Yah, dikalangan sekolah Swasta memang seperti ini.

Upacara Bendera setiap senin yang dilakukan disetiap sekolah mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas Negeri maupun Swasta.

Ada waktu tambahan setelah selesai upacara sekitar 30 menit untuk mendengarkan Visi dan Misi jika mereka terpilih menjadi Ketua Osis.

Oliv menghampiri Kia yang jaraknya beda satu kelas, dengan wajah yang sedari tadi senyum-senyum dari kejauhan, Kiana hanya bisa menggelengkan kepalanya dan membalas senyum sahabatnya.

“Kenapa kesini?” tanya Kia polos dengan wajah yang kebingungan.

“Kok nanya kenapa, upacara juga udah selesai ya jadi bebas aja sih” Oliv menatap Kiana yang kebingungan.

“Tuh liat aja yang lain juga pada bubar barisan dan membuat kelompok masing-masing, untung saja cuaca hari ini mendung, jadi nggak masalah sih kita kumpul disini serasa kayak masa orientasi kemarin ha ha ha” Oliv tertawa entah apa yang terlintas dipikirannya. Kiana pun ikut ketawa meski dia pun bingung apa yang mereka tertawakan.

**

Seperti biasa aktivitas sekolah pada umumnya. Bel masuk sekolah berbunyi kami semua pun membubarkan barisan dan kembali kelas masing-masing, Kiana pun berjalan menuju kelas dan Oliv yang mengekor dibelakang Kiana.

“Dah.. Aku duluan ya”

Oliv melambaikan tangannya pada Kiana dan kami berdua pun masuk kekelas masing-masing. Pelajaran pertama dimulai. Akhirnya bel istirahat berbunyi. Liam menghampiri Kiana yang duduk sendirian dibangku.

“Kia, mau kekantin bareng?” tanya Liam ragu-ragu dengan nada bicara lembut.

“Up” jawab singkat Kiana yang sedang sibuk memainkan ponselnya. Liam pun duduk disamping Kiana tanpa dosa dan tanpa permisi.

“Mau ngapain? sana?” Usir Kia dan Liam hanya tersenyum manis membuat Kiana semakin risih dengan sikap Liam.

Kiana menghela nafas panjang “To the point aja?” dia mengangkat alis kirinya.

“Temeni aku keperpus bisa? nggak sekarang tapi nanta setelah pulang sekolah” Liam menjawab dengan tenang.

“Ok”

***

Rencana Liam dan Kiana kini harus dibatalkan karena sebelum bel pulang sekolah, calon pengurus Osis harus berkumpul diruang Osis untuk penghitungan suara untuk Ketua Osis dan pengurus lainnya. Wajah Liam yang tadi bersemangat kini lesu, menatap Kiana dan dengan berbesar hati dia harus pulang duluan.

Oliv sedari tadi menoleh ke kanan dan ke kiri, entah kenapa kendaraan hari ini yang sedang menunggu dihalte sekolah. Tatapan matanya tertuju pada sosok yang familiar. Iya, itu adalah Liam.

“Yok aku antar pulang” Liam menawarkan tumpangan pada Oliv

“Serius?” Oliv bertanya polos

“Yaudah kalau nggak mau, aku tinggal nih?” Liam membuka helmnya

“Maksih ya” Oliv terpaksa ikut yah karena takutnya semakin sore pulang akan banyak pertanyaan nantinya.

Hampir 15 menit tanpa obrolan namun tiba-tiba Liam menepi dipinggir pesimpangan.

“Kenapa?” tanya Oliv kebingungan.

“Lurus, kanan, kiri?”

“Lurus aja, nanti kalau sudah sampai rumah aku kasih tahu”

Kita pun melanjutkan perjalanan kita, Oliv menoleh ke arah kanan dan tepat didepan sama ada toko buku yang memang toko buku ini dekat dengan rumahnya.

“Berhenti didepan ya pak?” Oliv menepuk pundak Liam pelan dan menggodanya.

“Baik, jangan lupa bintang 5 ya Kakak” Liam balik menggoda Oliv.

“Okeee” Oliv melambaikan tangan “Nanti aku traktir, Thanks yaaaa”

Liam tersenyum dan melihat papan nama toko tersebut “Toko Buku Alisah”. Ia mencoba mengingat nama atau memang nama itu tidak asing.

Lintasan bayangan seperti Oliv muncul membuat Liam kurang berkonsentrasi dan hampir akan menerobos lampu merah. Bisa-bisa akan terjadi kecelakaan beruntun karena lampu merah ini berada di 4 persimpangan yah, lalu lintas yang sibuk.

Untungnya senyuman Kia menghapus bayangan Oliv. Liam merasa bersyukur.

Disini lain, Kia masih berada disekolah dengan ekperesi yang sudah lelah, letih, lesu dan lapar tentunya.

“Segerrrr” Kia mengusap air bersih kewajahnya dan kembali lagi kedalam ruangan tempat kumpul osis. Setelah duduk Kia bingung karena langsung dibagikan kertas dan beberapa pertanyaan.

“Kelas berapa dek?” suara yang tidak asing. Kia terkejut, langsung menoleh kesamping. “Kia kok bisa-bisanya duduk di tempat yang nggak seharusnyaaaaa!” Kia menundukkan kepalanya dan langsung muncul niat balas dendamnya.

“Aku adalah siswa yang dihari pertama Masa Orientasi Sekolah dari awal sampai keluar pagar sekolah pakai kaos kaki sebelah karena salah kaos kaki, inget kakak Fian?” senyumku sinis.

“Kelas X.C Masa sih?”

“IYA!”

Akhirnya yang sesi akhir pertemuan ini. Yah hari ini adalah pemilihan pengurus OSIS yang baru. Kia terkejut tiba-tiba namanya dipanggil dan menjadi salah satu pengurus OSIS sebagai Wakil Humas. Wah.

“Gi, yakin nih dia bisa jadi Wakil Humas? Orangnya pendiam gini?” Ketus Kak Ros yang menunjuk kearahku.

“Kenapa memang Ros, toh Fian juga pendiam tapi bisa kok dia jadi Ketua Humas?” jawab santai Kak Gio.

“Yaelah! Beda dong Fian sama dia” mimik wajah Kak Ros makin kesal.

“Apaan sih Ros, kamu juga yang nggak ada kepentingan kok ngatur. Kia aku yang pilih kenapa nggak suka kamu?” Tiba-tiba sosok yang sedari awal perkumpulan Calon pengurus OSIS buka suara.

“Waahhh keren” gumamku lirih

“Rian? Kamu yang pilih dia? Hm okay” Kak Ros tiba-tiba yang tadi keras sekarang melunak. Kok bisa?

“Sekarang setuju kamu?” Tanya kak Rian yang tepat berdiri disamping Kian menatap lekat sama Kak Ros.

“Iya, nggak ada salahnya kalau nanti dia ada yang belum paham, bisa tanya langsung sama Fian”

“HAH!” Aku tidak setuju karena suara teriakanku membuat ruangan ini menjadi hening, Kia langsung menunjukkan kepalanya.

“Kia, kamu kenapa bertingkah sihhh” gumam Kia “Cari mati ya kamu, kok besar kepala” Tiba-tiba Kia meliri ke arah Kak Gio yang tersenyum simpul menantap kearah Kak Fian.

Meski pandangan Kia tidak terlalu jelas namun ekspersi Kak Fian kelihatan begitu kesal.

This website uses cookies.